Seperti Dua Game dalam Satu Paket!


Persaingan antara dua kubu game sepak bola kembali memanas di bulan September. Yap, seperti tahun-tahun sebelumnya, baik FIFA 20 dan PES 2020 kembali hadir dengan membawa berbagai fitur barunya.
Jika PES 2020 hadir dengan mengusung e-Football sebagai jargon utamanya, maka FIFA 20 membawa Volta sebagai senjata utamanya. Yap, sesuai dengan judul di atas, kehadiran mode Volta seolah-olah menjadikan FIFA 20 ini satu paket berisi dua game. Pertama adalah game sepak bola biasa yang kita kenal (lengkap dengan lisensi klub, kecuali Juventus yang lisensinya dibeli oleh PES 2020) dan kedua adalah sepak bola jalanan dalam Volta ini. 
Lalu, apakah FIFA 20 lebih baik dibandingkan PES 2020? Berikut ulasan kami!
1. Banyak mekanik baru
Review FIFA 20: Seperti Dua Game dalam Satu Paket!
dok. EA Sports
Satu hal yang membedakan FIFA 20 dengan FIFA 19 tahun lalu adalah banyaknya mekanik baru yang dikenalkan dalam seri ini. Salah satunya adalah saat kamu menghadapi kondisi bola mati entah itu free kick atau corner kick. Kali ini kamu bisa menentukan arah dan juga lengkungan bola menggunakan analog kanan.
Saat pertama kali mencoba mekanik baru ini, penulis merasa sangat kesulitan. Bagaimana tidak, setelah menentukan kekuatan tendangan, kamu diharuskan mengarahkan analog kanan sesuai dengan yang kamu inginkan, apakah ingin bola melengkung ke luar, ke dalam, atau mungkin melambung lantas menukik saat mendekati gawang lawan.
Meskipun banyak mekanik baru, namun kamu juga bisa tetap menggunakan mekanik-mekanik lama, seperti melakukan berbagai macam trik dribble dan timed finishing yang sulit dikuasai, tapi kamu bakal sangat jago jika berhasil menguasainya.

2. Tidak ada ruang untuk melakukan kesalahan

Review FIFA 20: Seperti Dua Game dalam Satu Paket!
dok. EA Sports
Penulis sudah memainkan beberapa pertandingan dalam FIFA 20. Dan satu hal yang cukup menonjol lagi adalah kali ini tidak ada ruang untuk melakukan kesalahan. Bola akan mudah terebut lawan apabila kamu terlalu lama menahannya. Apalagi jika lawanmu menerapkan Legacy Defending dan strategi pressing yang ketat, maka sangat besar kemungkinanmu kehilangan bola jika kamu tidak hati-hati.
Menerapkan Legacy Defending dan pressing ketat bukan tanpa kekurangan. Penulis merasa, jika kamu menerapkan taktik seperti itu, maka pemainmu akan cepat merasa kelelahan dan harus diganti bahkan di awal babak kedua. Kelelahan pemain sangat terasa, apalagi jika stamina mereka sudah di bawah 50%. Kamu akan merasakan kontrol akan lebih "berat" dibandingkan saat awal pertandingan.

3. Animasi sedang-sedang saja

Review FIFA 20: Seperti Dua Game dalam Satu Paket!
dok. EA Sports
Jika membandingkan visual dan animasi antara FIFA 20 dan PES 2020, maka penulis lebih memilih PES 2020. Animasi FIFA 20 masih terlihat kaku, dan banyak wajah pemain yang masih terkesan seperti kartun. Bahkan keramaian di stadion pun tidak sehidup PES 2020. 
Oiya masalah bug dan glitch, bisa dibilang FIFA 20 masih membawa "penyakit" dari FIFA-FIFA sebelumnya. Banyak kejadian konyol seperti tubuh pemain yang "terlipat" setelah terkena sliding tackle yang cukup keras, atau pemain yang "nyangkut" di sponsor board setelah melakukan selebrasi (yang bahkan belum kembali ke lapangan saat kick off dimulai lagi!)

4. Makin menarik dengan Volta

Review FIFA 20: Seperti Dua Game dalam Satu Paket!
dok. EA Sports
Dari segi kedalaman konten, FIFA 20 boleh menepuk dada dan menang dari PES 2020. Kehadiran beberapa fitur unik dari FIFA lalu seperti house rules dan berbagai macam matchday pertandingan adalah beberapa diantaranya. Apalagi kali ini hadir pula mode Volta, yang seperti penulis sebutkan di atas, membuat kamu seperti membeli dua game dalam satu harga.
Bagi yang belum tahu, Volta ini tak ubahnya FIFA Street. Kamu akan disuguhi dengan beberapa mode pertandingan sepak bola jalanan seperti 3 vs 3 dengan gawang kecil dan tanpa bola keluar dan Futsal 5 vs 5 lengkap dengan peraturan resminya. Kamu bisa menggunakan tim-tim sepak bola favoritmu untuk memainkan mode ini, atau menggunakan nama-nama pemain fiktif.
Yang menarik adalah Volta juga tersedia dalam Story Mode. Seperti yang sudah kita tahu, kisah Alex Hunter dalam The Journey bisa dibilang sudah selesai di FIFA 19 lalu. Nah kali ini kamu akan memerankan satu karakter yang memulai karir sepak bolanya di jalanan dalam mode Volta ini.
Oiya, seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya, Volta ini bisa disebut sebagai game "baru". Kamu harus mempelajari beberapa kontrolnya seperti bagaimana melakukan skill ala pemain jalanan, bagaimana melakukan tackling keras, plus bagaimana cara "mengejek" lawanmu! 

5. Layak dibeli?

Review FIFA 20: Seperti Dua Game dalam Satu Paket!
dok. EA Sports
Bagi penganut "agama" FIFA, jawabannya tentu saja: wajib dibeli. Penulis sendiri sebenarnya salah satu fans "garis keras" PES. Namun cukup menikmati FIFA 20, bahkan lebih menikmati dibandingkan saat PES 19 lalu. Selain itu bagi kamu yang tidak mau repot patch dulu untuk mendapatkan lisensi penuh klub, pemain, dan kompetisi, maka FIFA 20 adalah pilihan yang pas untukmu.
Akan tetapi jika kamu yang ingin memainkan sepak bola yang "nyata" seperti menonton pertandingan di lapangan sesungguhnya, maka PES 2020 adalah pilihan yang tepat untukmu. Gameplay PES 2020 lebih realistis dibanding FIFA 20, sesuatu yang sebenarnya bisa dibilang "terbalik". Yap, dari dulu kan FIFA dikenal dengan simulasi dan PES dengan nuansa arcade-nya. Akan tetapi, jika membandingkan FIFA 20 dan PES 2020, pernyataan tersebut seolah sudah tidak valid lagi.
Sumber : duniaku.idntimes.com
Link Download Game : 

Hadir di Tribun Stadion Melalui VR


Sebenarnya tidak ada yang bisa mengalahkan sensasi menonton langsung pertandingan sepakbola dari tribun stadion, apalagi pada pertandingan-pertandingan dengan atmosfer tinggi. Namun bagi yang tidak bisa atau tidak ingin ke stadion, sebenarnya bisa saja merasakan atmosfer menonton seperti di tribun. Teknologi virtual reality (VR) atau realitas maya memungkinkan hal tersebut sekarang.
Melalui konten audio-visual dengan format 360 derajat, kolaborasi antara olahraga (terutama sepakbola) dan teknologi VR memungkinkan penonton untuk menyaksikan aksi-aksi yang terjadi di tempat yang jauh menjadi “dekat” dan hidup.
Pada 2016, UEFA (badan sepakbola Eropa) pernah memberikan izin pemasangan kamera-kamera 360° di stadion-stadion yang digunakan pada Piala Eropa (Euro) 2016. Tidak hanya di tribun, tetapi di ruang ganti, lorong pemain, ruang konferensi pers, dan bahkan di atas lapangan.
Teknologi seperti ini di sepakbola bisa membuat penonton seolah-olah hadir menyaksikan pertandingan di stadion tanpa harus melakukan banyak hal merepotkan sebelumnya seperti perjalanan, antre tiket, berdesakan, dan lain sebagainya, belum lagi jika semuanya memiliki biaya yang tinggi.
Bayangkan jika teknologi seperti VR sudah mainstream, kita bisa menyaksikan pertandingan Liga Primer seolah langsung di stadion, padahal kita berada di Indonesia, lebih dari 10.000 km dari tempat pertandingan.
“Aku memprediksi, berdasarkan aktivitas saat ini, plus perangkat keras dan pengujian yang telah aku lihat, pengguna awal akan dapat menikmati sepakbola VR dalam waktu tiga tahun dan itu akan menjadi hal yang biasa dalam lima tahun,” kata Simon Gosling, ahli VR Unruly dalam wawancaranya dengan Dream Team pada Juni 2017.
Bukan Hanya dari Tribun
Pada final Liga Champions UEFA 2017 (Juventus 1-4 Real Madrid), FOX Soccer sudah mempublikasikan teknologi VR meski belum dilakukan secara live.
FA (asosiasi sepakbola Inggris) juga pernah melakukannya bersama Tim Nasional Inggris saat mereka melakukan pertandingan persahabatan melawan Belanda pada 2016. Pada pertandingan yang diselenggarakan di Wembley tersebut, Inggris kalah 1-2.
Dari dua contoh di atas, pengalaman menonton pertandingan memang terasa lebih hidup. Apalagi penonton juga dibawa ke ruang ganti, lorong pemain, bench, bahkan melihat pertandingan dari sudut pandang pemain atau wasit, yang bahkan penonton di stadion biasa—dengan harga tiket termahal sekali pun—hampir pasti tak bisa mendapatkannya.
“Pencipta konten dan penyiar perlu mempertimbangkan bagaimana memberi penonton perasaan berada di sana (stadion) tanpa meninggalkan kenyamanan sofa,” kata Gosling.
“Misalnya penggemar sejati akan senang mengetahui bagaimana rasanya berada di ruang ganti selama turun minum, atau bagaimana rasanya berjalan keluar dari terowongan dan ke lapangan di depan kerumunan orang yang menderu.”
“Ketika pertandingan, kemampuan untuk menyesuaikan pandangan untuk menonton aksi dari mana pun adalah game-changer yang nyata.”
“Bayangkan melihat aksi dari kamera 360 [derajat] kecil yang dipasang di mistar gawang, memberi pandangan mata kiper terhadap pertandingan. Kamu dapat menonton saat lawan menerobos masuk, mengikuti [alur] bola saat umpan silang menuju kepala penyerang dan diselamatkan atau terbang melenceng keluar.”
“Kamu kemudian dapat mendengarkan sorak-sorai yang mengguncang di sekitarmu,” lanjut Gosling.
Namun apakah teknologi VR bisa semudah itu diterapkan untuk pertandingan-pertandingan langsung (live)?
“Aku tak yakin bahwa kami akan ingin menonton seluruh permainan mengenakan headset,” kata Gosling. “Aku pikir kita mungkin akan sampai pada titik di mana kamu menonton pertandingan TV 2D biasa tetapi memiliki opsi untuk melihat tayangan ulang menggunakan headset VR-mu.”
Masa Depan VR dan Kendalanya
Di Jepang, teknologi VR banyak berkembang untuk kebutuhan seks swalayan (self sex). Namun bidang ini bukan satu-satunya yang berkembang. VR juga digunakan dalam simulasi latihan militer, jurnalisme, gim, arsitektur, perancangan tata kota, terapi psikologis, dan bahkan pengadilan.
Untuk bidang jurnalisme, New York Times mengabadikan Pertempuran Fallujah (militer Irak melawan ISIS) dengan memanfaatkan VR. The Guardian juga menggunakan VR untuk mengajak pembaca merasakan pengalaman 80.000 warga Amerika Serikat yang mendekam di ruang isolasi penjara. Pada konsumsi yang lebih ringan, Washington Post memiliki rubrik VR Room yang menyajikan berbagai foto 360 derajat tempat-tempat historis di Amerika Serikat.
Sementara untuk bidang pengadilan, Staffordshire University (Inggris) pernah menguji teknologi ini untuk “mengantarkan” anggota-anggota juri ke tempat kejadian perkara untuk menyaksikan rekonstruksi kejahatan secara langsung dan lengkap. Penerapan teknologi ini bukan hanya meningkatkan pengalaman dan mutu peradilan, melainkan juga menghemat biaya.
Selain VR, ada pula teknologi AR (augmented reality) atau realitas tertambah yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan/atau tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.
Tidak seperti VR yang sepenuhnya menggantikan kenyataan, AR sekadar menambahkan atau melengkapi kenyataan. Teknologi AR sudah mulai dikembangkan terutama untuk arsitektur dan desain interior dalam perannya menggantikan maket dan melengkapi model 3D. Institut Teknologi Bandung bahkan sedang mengembangkannya.
Sebagai pengguna, ada tiga cara umum yang digunakan untuk menikmati teknologi VR, yaitu cardboard (hanya bisa digunakan dengan telepon pintar), headset VR, dan room-scale VR (tidak perlu diam di tempat selama digunakan).
Google Cardboard merupakan perangkat paling murah seharga 15 dolar AS (bahkan ada pula yang seharga kurang 20 ribu rupiah) namun memberikan efek pengalaman yang tidak maksimal.
Sementara room-scale VR bisa memberikan pengalaman maksimal namun harganya bisa mencapai 600 dolar AS (harga paket komplet Oculus Rift dari Facebook).
Sementara bagi produsen konten, mereka bisa menggunakan peralatan VR broadcasting yang sudah ada di pasaran. Masalahnya ada pada bandwidth dan izin siarannya. Jika itu sudah bisa diatasi, siaran bisa dilakukan dari YouTube atau Facebook, yang keduanya memiliki fasilitas live.
Salah satu kendala paling serius dari VR adalah pada para penggunanya. Mereka biasanya mudah limbung. Menurut Wired, aplikasi VR yang memuat konten video 360 derajat rata-rata ditonton dalam waktu 14 menit dan 27 detik per hari.
Pertandingan sepakbola saja 90 menit. Jika itu dianggap terlalu lama dan bisa membuat pusing dan lelah, maka VR lebih cocok hadir untuk cuplikan-cuplikan pertandingan, bukan siaran langsung pertandingan.
Namun itu semua adalah hasil dari teknologi hari ini. Entah teknologi seperti apa yang akan berkembang dalam beberapa tahun ke depan. Mengutip Fast Company, penerapan dan penggunaan teknologi VR (beserta AR) akan menghasilkan pendapatan hingga 150 miliar dolar AS pada 2020. Jadi secara umum, VR diprediksi memiliki masa depan cerah.
Penerapan VR di Sepakbola Indonesia
Pengembangan VR untuk sepakbola berjalan perlahan tapi pasti. Akan tetapi bagi Indonesia, sepertinya ada urgensi untuk mengembangkan dan mencoba VR dalam siaran langsung pertandingan.
Persib Bandung dan Arema FC mendapatkan larangan penonton hadir di stadion, setidaknya (seharusnya, jika tidak berubah) sampai tahun depan. Banyak yang menyayangkan keputusan ini.
Pada saat-saat yang tak mengenakkan ini, mungkin menjadi saat yang tepat untuk memperkenalkan teknologi VR terutama kepada Bobotoh dan Aremania agar mereka bisa merasakan seolah-olah tetap menonton dari dalam stadion, bahkan mungkin sampai ruang ganti pemain.
Dengan penerapan teknologi ini, pengalaman matchday tetap bisa dirasakan. Bahkan dalam konteks yang lebih luas, pengalaman hadir di stadion kandang lawan—yang selama ini hampir tidak pernah ada—juga bisa dirasakan.
Namun teknologi ini memang secara umum tidak berpengaruh kepada fungsi suporter untuk mendukung kesebelasannya. Bagaimanapun kesebelasan yang suporternya tak hadir langsung di stadion tidak bisa merasakan atmosfer dukungan dari mereka.
Meski demikian, jika dikombinasikan dengan aplikasi lain, bentuk dukungan tersebut bisa saja direalisasikan dengan menggunakan teknologi. Misalnya dengan memanfaatkan telepon pintar yang terhubung dengan pengeras suara stadion.
Sementara bagi kondisi finansial kesebelasan, teknologi ini juga tak memiliki pengaruh besar kecuali pihak kesebelasan sendiri yang mengembangkan dan menjualnya kepada para suporter.
Apa yang membuat VR begitu spesial adalah bahwa teknologi ini bisa membuat para penggunanya seperti merasakan pengalaman langsung, membuat orang merasa seolah-olah ada di sana, dan memunculkan reaksi emosional yang lebih kuat. Ini semua adalah sensasi tingkat lanjut dalam menonton sepakbola.
Gambar : LiveLike - Medium

Ini Jadinya Kalau Main Game Bola Pakai VR!

Penasaran gak sih, game apa aja yang pada nantinya bisa dimainkan dengan VR. Karena melihat perkembangan VR atau Virtual Reality yang sangat pesat di tahun ini, sangat memungkinkan bahwa kedepannya hampir seluruh game akan dimainkan dengan sistem ini. Video dibawah ini mungkin bisa jadi gambaran kita jika pada nantinya game-game bola seperti FIFA dan PES mungkin bisa mengadaptasi sistem VR!


Penasaran gak sih, game apa aja yang pada nantinya bisa dimainkan dengan VR. Karena melihat perkembangan VR atau Virtual Reality yang sangat pesat di tahun ini, sangat memungkinkan bahwa kedepannya hampir seluruh game akan dimainkan dengan sistem ini. Video dibawah ini mungkin bisa jadi gambaran kita jika pada nantinya game-game bola seperti FIFA dan PES mungkin bisa mengadaptasi sistem VR!

Bukan hanya itu beberapa produser game mulai melakukan pergerakan dengan membuat game sepakbola berbentuk VR
Game kedua : https://play.google.com/store/apps/details?id=com.LynzexGames.SoccerParadox&hl=in

Game ketiga : https://store.steampowered.com/app/555060/Final_Soccer_VR/

Bagaimana ? Ribet ya ? Tapi memang sistem VR yang berkembang pesat ini mungkin pada nantinya bisa menjadi sistem dasar dari semua game yang ada. Kira-kira game apa lagi yang kalian harapkan bisa dimainkan dengan VR ? Tulis komen dibawah ya !

Liga Sepak Bola yang Tak Terganggu Virus Corona



Sejumlah liga sepak bola masih berjalan di tengah mewabahnya virus corona ataucovid-19 yang kini menjadi pandemik berdasarkan pernyataan badan kesehatan dunia,WHO.


Liga-liga top Eropa seperti Liga Spanyol, Liga Italia, Liga Inggris, Jerman, dan Prancis memutuskan menghentikan sementara kompetisi mereka setelah virus corona menyerang Eropa dalam beberapa pekan belakangan.


Dikutip dari Marca beberapa kompetisi sepak bola di Eropa lain tetap berjalan, seperti Liga Rusia, Liga Belarusia, Turki, Hungaria, Serbia, dan Ukraina

Sebagian besar liga-liga tersebut melangsungkan pertandingan dengan tertutup untuk penonton guna menghindari penyebaran Covid-19. Namun, Liga Rusia tetap dihadiri penonton.


Di Liga Rusia pemuncak klasemen sementara Liga Primer Rusia Zenit Stadion St. Petersburg mengalahkan Ural 7-1, Sabtu (14/3). Pertandingan itu sendiri didatangi 33.677 penonton.





Liga Super Turki memberlakukan pertandingan di pekan ini tertutup untuk penonton. Duel Trabzonspor melawan Istanbul Basaksehir di Stadion Medical Park berakhir imbang 1-1 usai Demba Ba membawa Istanbul unggul dan gol bunuh diri Martin Skrtel.



Di benua lain, Liga Argentina, Meksiko, dan Brasil juga tetap berjalan. Sementara Liga Kolombia, Uruguay, dan Amerika Serikat memilih opsi menghentikan kompetisi Situasi di Argentina dan Meksiko bisa berubah dengan setelah pihak berwenang terkait masalah virus corona ini mempertimbangkan menunda keputusan. 

Jumlah pemain sepak bola dunia yang dinyatakan positif virus corona terus bertambah. Kasus baru terus bermunculan di Serie A Liga Italia. Ada juga pelatih, staf, dan pemilik klub yang terkena.
Pada Jumat, dua lagi pemain Fiorentina dan seorang pemain Sampdoria dinyatakan positif COVID-19. Dengan begitu jumlah pemain Serie A yang sudah positif dihantam virus ini kini menjadi 10 orang.
Dua pemain Fiorentina yang baru diketahui positif menderita virus corona adalah bek asal Argentina German Pezzella dan penyerang berstatus pinjaman Patrick Cutrone. Sedangkan pemain Sampdoria yang baru terkena adalah gelandang Fabio Depaoli. 
Para pemain ini umumnya dinyatakan positif tapi kondisinya dinyatakan "segar bugar". Mereka mengisolasi diri di rumah masing-masing.
Selain di Serie A, pemain yang juga sudah dinyatakan positif virus corona ada di Liga Inggris, juga di Bundesliga Jerman. Di Inggris, pelatih Arsenal, Mikel Arteta, juga terkena.
Meski ada aturan kerahasiaan pasien, nama-nama para pemain sepak bola dunia yang terkena virus ini bisa diketahui umum karena klub-klub tempatnya bermain memilih mengumumkannya.
Terkait kian banyaknya insan sepak bola yang terkena virus yang bisa mematikan, liga-liga di Eropa umumnya sudah menghentikan sementara kompetisi. Liga Inggris, Liga Italia, Liga Jerman, dan La Liga Spanyol menunda jadwalnya hingga awal April.
Inilah daftar insan sepak bola Eropa yang diketahui positif virus corona:
Pemain
1. Daniele Rugani (Juventus)
2. Timo Hubers (Hannover)
3. Callum Hudson-Odoi (Chelsea)
4. Manolo Gabbiadini (Sampdoria)
5. Omar Colley (Sampdoria)
6. Albin Ekdal (Sampdoria)
7. Antonino La Gumina (Sampdoria)
8. Morten Thorsby (Sampdoria)
9. Jannes Horn (Hannover)
10. Patrick Cutrone (Fiorentina)
11. German Pezzella (Fiorentina)
12. Dusan Vlahovic (Fiorentina)
13. Luca Kilian (Paderborn)
14. Timo Huebers (Hannover).
Pelatih
Mikel Arteta (Arsenal)
Pemilik Klub
Evangelos Mainakis (Olympiakos dan Nottingham Forest)
Staf Klub
Stefano Dainelli (Pelatih fisik Fiorentina).
Daftar penundaan liga-liga sepak bola di dunia:
Liga Inggris: hingga 3 April
Serie A Liga Italia: 3 April
La Liga Spanyol: 4 April
Bundesliga Jerman: 2 April
Ligue 1 Prancis: tanpa batas waktu
Eredivisie Belanda: 3 April
Liga 1 dan Liga 2 Indonesia: minimal dua pekan
MLS Amerika: 10 April
Liga Super Cina: tanpa batas waktu
Liga Jepang: 3 April
Liga Skotlandia: tanpa batas waktu
Liga Champions: tanpa batas waktu
Liga Europa: tanpa batas waktu.
CBSSPORTS | FOTBALL ITALIA | SKY SPORTS
Sumber :bola.tempo.co
REVIEW eFootball PES 2020
Catatan: Ini adalah review final dari eFootball PES 2020. Kami sebelumnya telah membagikan review dalam progres, yang kini telah kami hapus dan digantikan oleh review ini.

Jelas bahwa jalan yang Konami pilih di iterasi Pro Evolution Soccer tahun ini. Dengan menaruh kata "eFootball" di judul game terbaru mereka - yang hingga sekarang hanya bernama PES setiap tahunnya - ambisinya untuk membawa panggung PES semakin mendunia tampak jelas. Tetapi apa artinya bagi game yang setiap tahunnya berhadapan langsung dengan FIFA dari EA Sports dalam berbagai hal? Tahun ini, semakin penting untuk menentukan hal apa yang paling kamu prioritaskan dalam sebuah game sepak bola.
Bisa dibilang eFootball PES 2020 merupakan game Pro Evolution Soccer terbaik yang pernah kami mainkan. Hal ini sebagian besar berkat peningkatan dan penyesuaian kecil pada gameplay, yang telah dilakukan developer tahun demi tahun. Predikat ini juga bisa dinobatkan kepada edisi tahun lalu, tetapi kali ini lebih terasa lagi. Yang paling penting adalah kita dapat memainkan sebuah game yang mensimulasikan sepak bola seperti aslinya, lebih dari yang pernah dilakukan oleh game sepak bola lainnya. Sekali lagi, yang telah dibangun oleh Konami selama bertahun-tahun ini.
Mulai dari awal, kamu akan menyadari adanya kesalahan tendang terjadi lebih sering daripada sebelumnya. Memosisikan badan, dan bahkan menggunakan kaki yang tepat ketika menerima atau melepaskan umpan memainkan peran yang krusial ketika mengoper bola. Jika di game PES sebelumnya kami bisa membalikkan badan ketika mengoper teman yang berada di belakangmu, kini menendang bola ke arah terbalik dari posisi badan akan mengakibatkan umpan yang buruk atau pelan - memberikan kesempatan bagi lawan untuk merebutnya. Salah tendang dan kehilangan kontrol juga terjadi lebih sering ketika mendribel dengan cepat atau berusaha menendang bola sebelum mengontrolnya dengan benar. Ini tentunya tergantung dari skill dan aset dari pemain yang kamu gunakan. Sebuah umpan terobosan satu sentuhan dari Lionel Messi tentu memiliki kemungkinan berhasil lebih besar daripada Harry Maguire (keduanya, seperti kebanyakan pemain lain, terlihat fantastis di eFootball PES 2020). Butuh waktu untuk membiasakan diri, tetapi pada akhirnya ini membuat game menjadi jauh lebih baik.
Detailnya juga dibantu dengan banyak penyesuaian kecil. Terdapat lebih banyak variasi dalam hal mengontrol bola. Tak hanya dalam animasi saja, tetapi juga dalam memuluskan kontrol. Sebagai contoh, kamu bisa hanya menahan trigger kanan untuk membiarkan bola meluncur tanpa menyentuhnya - sempurna untuk membuat lawanmu selalu siaga. Animasi ekstra ini juga memberikan pengaruh besar dalam adu fisik. Para striker memiliki kemampuan untuk menahan bola dan membuka ruang untuk rekannya, seperti yang sering kita saksikan di layar kaca. Peningkatan juga terjadi di sisi lain lapangan. Pemain bertahan dapat menekel dari berbagai arah, menarik baju, dan membuang bola dengan lebih banyak cara (termasuk menggunakan berbagai sundulan luar biasa). Sebagai usaha terakhir, bahkan terdapat opsi untuk melakukan pelanggaran sengaja untuk menyelamatkan tim. Hal ini juga berlaku untuk kiper, yang terasa lebih bisa diandalkan dan memiliki kemampuan lebih banyak untuk menangani situasi berbahaya dan melakukan penyelamatan.

eFootball PES 2020

Konami juga secara berani memperkenalkan sebuah sudut pandang kamera baru sebagai pilihan standar di eFootbal PES 2020, yaitu Stadium View. Sudut pandang ini membutuhkan sedikit waktu agar terbiasa dan sebenarnya membuat pemain di sisi jauh agak susah untuk dilihat, terutama ketika kamu mencoba untuk melakukan tekel sempurna atau menggocek pemain lawan. Kami sendiri menggunakan layar 55 inci ketika mencobanya. Hal ini tak akan terasa ideal bagi semua orang dan tentunya pemain akan tergoda untuk mengembalikannya ke Dynamic View yang lebih familier, tetapi ini memang membuat aksinya terlihat lebih baik dan seperti menonton pertandingan betulan. Selain itu, ini akan membuat menonton pertandingan esport lebih atraktif, jadi pilihan Konami cukup beralasan.
Akan tetapi, ketika kami bermain melawan CPU, kami masih melihat kesalahan-kesalahan minor. Seperti tahun lalu, Ai terkadang hanya melihat bola saja, tidak menggerakkan pemain terdekat atau terefektif untuk mengambil bola. Untungnya hal ini jarang terjadi. Terdapat beberapa peningkatan kecil, yang membantu meningkatkan realismenya. Jika kamu memainkan salah satu klub partner seperti Manchester United (yang merupakan salah satu dari 20 klub partner; bersama dengan 10 lisensi liga lainnya) dan Rashford mencetak dua gol di babak pertama, maka AI akan mengaktifkan Tight Marking untuk menjaganya, yang bahkan dikomentari oleh Peter Drury dan Jim Beglin. Berbicara soal komentator, isinya hampir sama dengan tahun lalu dan sekali lagi sebuah kekecewaan yang terus terjadi.

eFootball PES 2020



[object Object]

eFootball PES 2020 - Master League Intro

5:18
Lalu kami masuk ke Master League, salah satu pilihan offline yang bisa kamu dalami, yang bahkan dilabeli "Remastered" oleh Konami tahun ini. Ternyata tak begitu banyak yang berubah. Ya, kita mendapatkan tambahan sinematik; lebih banyak jawaban untuk pers, pemain, dan manajemen klub; lalu terdapat beberapa pemain/pelatih legendaris (dari Diego Maradona, Roberto Carlos, hingga Zico), tetapi tak ada yang benar-benar dilakukan untuk meningkatkan Master League - masih sama seperti bertahun-tahun lalu. Sinematiknya - di mana kamu melakukan konferensi pers, melakukan pertemuan, menyambut pemain baru, dan obrolan sebelum pertandingan - terasa dan terlihat layaknya sebuah game dari konsol generasi sebelumnya. Bahkan jauh dari yang dilakukan oleh EA Sports atau 2K Games dengan narasi olahraga mereka yang menarik selama beberapa tahun terakhir.
Gameplay hampir sempurna dari Konami tidak menghadirkan hal offline lainnya bagi pemain di eFootball PES 2020. Terdapat pertandingan lokal, co-op, cup, dan League, begitu juga Master League dan Become a Legend (yang sama saja dengan tahun lalu), dan itu saja. Ini seperti menonton Kualifikasi untuk Euro 2020 (yang akan hadir sebagai DLC gratis di Q2 tahun depan) tetapi tanpa penggunaan VAR, yang baik-baik saja jika dilakukan tahun lalu, tetapi kini eranya sudah berbeda. Pada saat kami menulis ini, kami belum bisa mencoba fitur online dari eFootball PES 2020. Dengan fokus besar Konami akan esport di tahun ini, kami akan kembali lagi pekan ini dengan review yang sudah diperbarui, termasuk sebuah skor.
Dan di sana lah kami menemukan MyClub, mode paling populer di PES dalam beberapa tahun, yang sejujurnya sama seperti sebelumnya dan membuatmu bisa membangun tim dengan mengumpulkan para pemain terbaik yang bisa kamu temukan. Ini bisa dilakukan baik dengan membelanjakan Coins dari GP atau MyClub, yang keduanya bisa didapatkan dengan menyelesaikan beberapa tugas, seperti ambil bagian dalam Challenge Cup atau memenangkan pertandingan. Coin MyClub juga bisa dibeli dengan uang sungguhan, tetapi di sini keseimbangannya sangat baik, dan membuatmu bisa secara bertahap membangun skuad hanya dengan bermain, mulai dari pertandingan berperingkat, sampai ke co-op, simulated, atau pertandingan-pertandingan vs com. Rasanya kamu tidak perlu menghabiskan uang lebih untuk bisa menikmati MyClub, dan dalam mode itu sendiri ada sebuah penyesuaian dan peningkatan kecil, seperti statistik pemain dengan detail yang lebih baik, dan penggunaan opsi untuk menggunakan kit-kit unik sebagai kit ketiga dan keempat.

eFootball PES 2020

Konami juga menambahkan sebuah mode baru bernama Matchday, yang terdiri dari event-event yang dimainkan kembali yang berhubungan dengan derbi-derbi dan pertandingan-pertandingan internasional sesungguhnya. Semuanya bisa dimainkan oleh siapapun dan akan memberi reward yang bagus untuk MyClub. Di sini kamu bisa memilih siapa yang ingin kamu bela bersama yang lainnya untuk perlahan mendapatkan keuntungan ketika menuju Grand Final dari setiap event. Semua pertandingannya akan dianalisa untuk mendapatkan pengguna dengan performa terbaik di kedua kubu, yang dipilih sebagai Perwakilan dan mendapatkan hak untuk bersaing dalam Grand Final mewakili tim mereka. Kedua pihak, baik jika menang maupun kalah, akan mendapatkan reward, bahkan hanya untuk menonton livestream Grand Final. Match Day menambah kuat sisi online eFootball PES 2020, yang membuatnya terasa seperti sebuah komunitas yang sedikit lebih sibuk, yang merupakan langkah pertama Konami dalam sisi online. Untungnya, bermain secara online juga berjalan dengan baik, dengan server yang berjalan lancar dan pengaturan pertandingan yang baik.
Ada banyak kesenangan yang bisa ditemukan secara online dalam eFootball PES 2020. Apakah itu sebuah Quick Match, menaiki tangga peringkat dalam Divisions, membangun tim impian dalam MyClub, mendapatkan reward di Matchday, atau bermain secara co-op dengan teman atau oarang yang tidak kamu kenal. Dalam beberapa hal, semua itu menutupi kurangnya konten offline dalam eFootball PES 2020.
Akan tetapi, Konami mengedepankan gameplay terlebih dahulu, walaupun akan memakan beberapa tahun lagi sampai mereka bahkan mendekati untuk menambahkan mode-mode lainnya yang bisa bersaing atau memberikan pengalaman yang serupa dengan The Journey dari FIFA, atau Volta. Apa yang memang ada di sini adalah beberapa pertandingan sepakbola digital terbaik yang bisa kamu temukan di rumah, bersama teman atau secara online. Dan bukankah itu yang paling penting?
Sekali lagi, ini adalah review akhir kami, sebuah versi update dari review terdahulu kami, berdasarkan pada eFootball PES 2020 dengan patch-patch, update transfer, dan mode-mode online terbaru.






[object Object]

eFootball PES 2020 - Master League Match: Man United vs. Inter